Archive Pages Design$type=blogging

Hakekat Halal bi Halal Menjalin Kedekatan dengan Allah

Pembaca buletin Hidayah yang dirahmati oleh Allah SWT, Ramadhan telah beranjak meninggalkan kita semua. Waktu-waktu mustajab, nikmatnya...


Pembaca buletin Hidayah yang dirahmati oleh Allah SWT, Ramadhan telah beranjak meninggalkan kita semua. Waktu-waktu mustajab, nikmatnya berlapar serta limpahan ampunan dan keberkahan terasa sangat singkat menyapa kita. Kerinduan akan mulianya bulan Ramadhan masih tersisa dalam jiwakita. Semoga Allah SWT memberikan kesempatan bagi kita untuk dapat berjumpa lagi dengan bulan Ramadhan tahun depan, Bismillah, In Syaa Allah. Aamiin.
Kesedihan berlalunya Ramadhan biasanya akan sedikit tersamarkan dengan hiruk pikuknya bulan Syawal yang datang. bulan Syawalyang sangat identik dengan “mudik” dan silaturrahim antar kerabat dan tetangga. Satu hal yang tidak bisa ditinggalkan adalah acara Halal bi Halal. Nah, agar acara ini bisa bermakna maka jadikan acara Halal bi Halal itu sebagai sarana menyinergikan hubungan baik dengan Allah dan sesama, bukan yang lain. Agar tidakjatuh pada hal yang sia-sia.
Ada sebuah tradisi kreatif khas masyarakat Muslim Tanah Air, yaitu Halal bi Halal. Satu kebiasaan yang hanya ada di negeri kita. Halal bi Halal muncul sebagai ungkapan saling menghalalkan kesalahan dan kekhilafan. Saling memaafkan satu sama lain. Setiap orang sadar tidak ada yang lepas dari kesalahan. Manusia tempatnya salah dan lupa. Idul Fitri dengan kegiatan Halal bi Halal-nya, membuat umat Islam melebur kesalahannya dengan berbagi maaf tanpa sekat yang membatasi.
Ada tiga pelajaran yang bisa kita petik dari kegiatan Halal Bi Halal. Pelajaran pertama adalah pembersihan diri dari segala bentuk kesalahan. Ibarat pemudik yang pulang ke kampung halamannya setelah sekian tahun merantau ke negeri seberang. Dalam perjalanan itu tidak sedikit ia isi dengan kesalahan, seperti lupa salat, lalai menunaikan janji setia kepada Allah, lupa berdzikir, bersikap angkuh atau berlaku aniaya kepada diri sendiri.
Di hari nan fitri itu kita “mudik” kepada Allah. Kembali kepada-Nya dengan membawa proposal berisi rintihan permohonan ampun. Memohon ampun atas dosa yang terjadi. Kita sadar bahwa diri ini penuh maksiat. Halal bi Halal menggiring kita untuk kembali ke kampung halaman yang sesungguhnya.
Kembali kepada ampunan Allah yang sangat luas. Itulah makna hakiki dari kalimat Minal A`idhin wal Faizin yang artinya “Semoga kita kembali kepada fitrah dan menang melawan hawa nafsu.” Kembali kepada jati diri yang suci bak bayi yang lahir ke muka bumi. Bersih, bening dan penuh ketulusan.
Pelajaran kedua dari Halal bi Halal adalah membersihkan hati dari rasa benci kepada sesama. Pada suatu hari, ketika Nabi SAW tengah duduk-duduk dengan para sahabatnya, ada seorang pria asing berjalan di hadapan mereka. Orang itu berjalan lalu pergi entah ke mana.
Setelah pria asing itu berlalu, Nabi berkata kepada para sahabat, “Dialah ahli surga.” Kalimat itu beliau ucapkan tiga kali. Sahabat Abdullah bin Umar penasaran tentang amal perbuatan yang dikerjakannya sampai sampai Nabi menyematinya sebagai ahli surga. Abdullah memutuskan untuk menyusul si “ahli surga” di kediamannya.  Abdullah minta izin menginap selama 3 hari di rumahnya. Pria ini memberinya izin. Ternyata selama 3 hari itu Abdullah tidak melihat amalan-amalannya yang istimewa. Abdullah semakin penasaran.
Akhirnya ia bertanya, “Wahai saudaraku, sewaktu engkau lewat di hadapan kami, Rasulullah berkata bahwa engkau adalah ahli surga. Amalan apa yang engkau kerjakan sehingga Rasul sangat memuliakanmu?” Pria sederhana ini menjawab, “Sesungguhnya aku tidak pernah melakukan apa-apa. Aku tidak punya ilmu dan harta yang bisa kusedekahkan. Aku hanya punya rasa cinta kepada Allah, Rasulullah dan sesama manusia.  Setiap malam menjelang tidur, aku selalu berusaha menguatkan rasa cinta itu sekaligus berusaha menghilangkan rasa benci terhadap siapa saja.”
Terkadang karena persaingan bisnis atau faktor lainnya terbesit rasa dendam dan iri hati. Mari kita singkirkan penyakit-penyakit pengotor hati itu dalam momentum Halal bi Halal. Tidak ada lagi kedengkian. Kita ganti dengan kelapangan jiwa. Kita obati kesombongan dengan kerendah-hatian. Kita buang permusuhan dan kita isi dengan persaudaraan.
Allah SWT berfirman,  “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh”. (QS. Al Qur’an, 7:199)
“…dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. An Nuur, 24:22)
 “Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia.” (Qur’an 42:43)
“…menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain.” (QS. Ali ‘Imraan, 3:134)
Rasulullah SAW juga sangat menekankan untuk kita berjiwa besar dengan memaafkan.  “Tidaklah sedekah itu akan mengurangi harta, dan tidaklah seseorang yang memaafkan kezhaliman orang lain kecuali Allah akan menambahkan baginya kemuliaan dan ia tidak akan dirugikan.” (HR Ahmad No – 6908)
Barangsiapa memaafkan kesalahan orang lain maka Allah akan memaafkan kesalahannya pada hari kiamat.” (HR Ahmad No – 7122)
Keutamaan yang paling utama adalah kamu menyambung orang yang telah memutusmu, kamu memberi orang yang tidak pernah memberimu dan mememaafkan orang yang mencelamu“. (HR Ahmad No – 15065)
Pelajaran ketiga adalah memupuk kepedulian dan kebersamaan dengan berbagi. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas dari pergaulan dan kebersamaan yang dibangun lewat sikap tolong-menolong. Muslim yang kaya membantu saudaranya yang miskin. Sepatutnya rasa gembira seseorang juga memberikan bentuk kenikmatan yang lain, yaitu kenikmatan bersyukur dengan berupaya membagi kebahagiaan itu kepada sesamanya. Kini, saatnya setiap Muslim membumikan berkah-berkah kesalehan Ramadhan dengan menebar rasa bahagia ke setiap orang, memupuknya, merawat dan menjaga agar mendapatkan buah indahnya ikatan persaudaraan.
Berbagi harus dilandasi dengan keikhlasan untuk membantu orang lain atau saudara yang membutuhkan. Tak boleh ada keberatan dalam hati saat menyalurkan pemberian tersebut, kecuali hanya mengharap ridha Allah semata. Jika yang diutamakan adalah hal demikian, maka Allah SWT telah menjanjikan pahala yang berlipat ganda. Firman Allah SWT: “Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan harta mereka di jalan Allah adalah sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir dan setiap butir membuahkan lagi 100 biji. Allah melipat gandakan (pahala) bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Allah maha luas karunia-Nya dan lagi maha mengetahui”. (S. Al-Baqarah: 261)
Rasulullah SAW sendiri termasuk orang yang paling peduli pada sesama. Hingga kepada keponakannya, Ali bin Abi Thalib, beliau memberikan wasiat seperti ini: ”Wahai Ali! Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia lain” (HR. Bukhari).
Karena itulah, kita yang mengaku sebagai seorang muslim sudah seharusnya tunduk pada perintah Allah SWT serta meneladani Rasulullah SAW. Jika Rasulullah peduli pada sesama, mestinya kita juga demikian.
Syawal, sebagai bulan indahnya kebersamaan dalam kasih sayang, merupakan hari-hari yang begitu membahagiakan bagi semua Muslim. Sebuah waktu istimewa untuk dapat bersilaturahim, saling mengenal dan saling mendoakan. Doa yang dianjurkan saat berjumpa adalah, “Taqobbalallahu minna waminkum (Semoga Allah menerima amalanku dan amalanmu)” Kita hendaknya berusaha mengamalkan tuntunan Rasulullah untuk memberikan kesenangan dan kegembiraan fitri bukan saja kepada kerabat dan handai tolan, melainkan pula kepada saudara-saudara kita yang fakir, miskin, atau dalam kondisi yang memprihatinkan (dhu`afa), agar kelak mereka tidak lagi meminta-minta dan hidup kesusahan, hingga kegembiraan itu terus berlanjut dalam kehidupan yang layak.
Jika semua itu bisa kita lakukan, Allah berjanji dalam hadits Qudsi: “Cinta-Ku berhak (diperoleh) bagi orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, cinta-Ku berhak diperoleh bagi orang-orang mau saling memberi karena-Ku, cinta-Ku berhak diperoleh bagi orang-orang yang mau saling tolong menolong karena-Ku, cinta-Ku berhak diperoleh bagi orang-orang yang saling berlaku adil karena-Ku dan cinta-Ku berhak bagi orang-orang yang saling berziarah karena-Ku.”

Mudah-mudahan kita mampu menyinergikan Hablun minaLlah dan Habhun minann-Nas (hubungan baik dengan Allah dan sesama) dalam tradisi Halal bi Halal. Kepada Allah kita memohon ampunan-Nya dan kepada sesama saudara Muslim kita saling memaafkan.*

COMMENTS

Nama

Agustus April Desember Februari Januari Juli Juni Maret Mei Nopember Oktober September
false
ltr
item
Bulletin Hidayah DSH: Hakekat Halal bi Halal Menjalin Kedekatan dengan Allah
Hakekat Halal bi Halal Menjalin Kedekatan dengan Allah
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLFGtl00rCW0SuLe_inhezdyyS8bEKIebEx1oE_RKSkXzy-wcNyWmhVZMMP-zNexfWlrmFmniFB7rhaMh-BLe-Wl7ums9FKlbUBpHVWl3z_ki31ND9gJ53aHcC2q-djfYk4DZ-x-nwXBwT/s640/HALAL+BI+HALAL.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLFGtl00rCW0SuLe_inhezdyyS8bEKIebEx1oE_RKSkXzy-wcNyWmhVZMMP-zNexfWlrmFmniFB7rhaMh-BLe-Wl7ums9FKlbUBpHVWl3z_ki31ND9gJ53aHcC2q-djfYk4DZ-x-nwXBwT/s72-c/HALAL+BI+HALAL.jpg
Bulletin Hidayah DSH
http://bulletin.dsh.co.id/2016/07/hakekat-halal-bi-halal-menjalin.html
http://bulletin.dsh.co.id/
http://bulletin.dsh.co.id/
http://bulletin.dsh.co.id/2016/07/hakekat-halal-bi-halal-menjalin.html
true
2506769849330516097
UTF-8
Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All RECOMMENDED FOR YOU LABEL ARCHIVE SEARCH Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago