“Ketika datang bulan Ramadhan, pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu Jahannam ditutup, dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhari). P...
“Ketika datang bulan Ramadhan,
pintu-pintu langit dibuka, pintu-pintu Jahannam ditutup, dan setan-setan
dibelenggu.” (HR. Bukhari).
Pembaca buletin Hidayah yang baik, Hadits tersebut memberikan petunjuk
gamblang bahwa tidak sepatutnya umat Islam menghadapi Ramadhan secara
biasa-biasa saja atau sama seperti di luar Ramadhan. Hal ini karena keutamaan
Ramadhan itu sendiri yang sangat luar biasa.Allah tidak saja melipatgandakan amal kebaikan, tetapi bahkan menutup pintu Jahannam, termasuk para ‘mucikarinya’, yakni para setan. Setan-setan itu Allah belenggu agar tidak merusak kenikmatan ibadah umat Islam selama Ramadhan.
Dengan kata lain, jika Ramadhan masih disikapi secara biasa, apalagi justru tidak ada rencana untuk merubah diri selama bulan suci ini, maka sesungguhnya setan sudah berhasil menjerumuskan jiwa raganya dalam praktik hidup yang akan menjadi sebab akhiratnya memasuki pintu Jahannam. Na’udzubillahi min dzalik.
Di bawah ini tips amaliah puasa Ramadhan;
1. Menjauhi yang Tidak Bermanfaat
Jika disabdakan Nabi bahwa pintu langit dibuka, artinya dalam 24 jam hendaknya dimaksimalkan untuk hal-hal yang bermanfaat, bahkan bernilai ibadah yang mencakup kehidupan dunia-akhirat. Mulai dari memperbanyak amal ibadah maupun meningkatkan kepedulian terhadap sesama. Prinsipnya, tidak ada yang tidak bermanfaat yang dilakukan. Apalagi sampai maksiat di bulan Ramadhan. Oleh karena itu, sungguh naif, bila puasa dimaknai sebatas tidak makan dan tidak minum. Sementara komitmen kita terhadap perbaikan diri, utamanya dengan menjauhi yang tidak bermanfaat tidak benar-benar kita lakukan.
2. Optimalisasi Waktu
Jika diteliti lebih dalam, puasa ternyata tidak saja memberikan dampak kekuatan ruhani yang bagus bagi umat Islam, tetapi juga pembangunan karakter, utamanya dalam optimalisasi waktu. Hal ini bisa dilihat dari adanya anjuran yang sangat kuat terhadap umat Islam yang berpuasa untuk bisa makan sahur. “Makan sahurlah kalian, karena pada makan sahur itu terdapat barokah.” (HR. Bukhari).
Anjuran ini, secara tersirat memberikan panduan nyata tentang betapa umat Islam sangat rugi jika Ramadhan sampai tidak bangun malam, apalagi tidak makan sahur. Artinya, anjuran yang sangat kuat untuk makan sahur ini secara tidak langsung menghendaki agar setiap yang berpuasa, berlatih, membiasakan diri bangun malam. Sebab, banyak sekali kemuliaan di dalamnya. Ini tentunya peluang kita untuk bisa bangun di sepuluh malam terakhir guna mendapatkan Malam Lailatul Qadar tidak akan banyak mengalami kendala.
3. Menjaga Lisan
Sebagaimana pernyataan dai kondang terdahulu, KH. Zainuddin MZ, bahwa inti dari puasa adalah pengendalian diri. Maka, satu hal yang harus benar-benar dijaga di sini adalah mengenai perbuatan lisan.
Rasulullah bersabda, “Puasa itu perisai. Jadi janganlah berkata keji dan berbuat bodoh. Jika ada orang yang mengajaknya berkelahi atau mencaci makinya, hendaklah ia berkata, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa. Sesungguhnya aku sedang berpuasa.” (HR. Bukhari).
Artinya, kalau kita mau intropeksi diri, apakah puasa kita berhasil atau tidak, tinggal dilihat bagaimana lisan ini berkata-kata. Apakah lebih sering memberikan perkataan yang baik dan tidak melukai perasaan orang lain? Apalagi, kalau sampai dalam puasa masih berani-berani berdusta. Rasulullah berabda, “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan melakukannya; maka Allah tidak perlu dia meninggalkan makannya dan minumnya.” (HR. Bukhari).
4. Menyegerakan Berbuka dan Bersedekah
Rasulullah bersabda, “Manusia masih akan tetap dalam kebaikan selama dia menyegerakan berbuka.” (HR. Bukhari).
Dalam makna umum, hadits ini memberikan perintah agar umat Islam tidak menunda-nuda buka puasa, apalagi kalau memang waktu sudah tiba dan tidak berlebihan. Rasulullah sendiri tidak pernah berbuka secara berlebihan. Rasulullah biasa berbuka dengan beberapa butir kurma dan air putih.
Apabila hal itu dilakukan, maka insya Allah selama puasa umat Islam akan mampu mengendalikan nafsu konsumtifnya. Yang dengan itu diharapkan mampu membangkitkan ghirah infak dan sedekahnya. Sebab, Rasulullah tidak melalui Ramadhan, melainkan dengan infak yang luar biasa.
Dari Ibn Abbas radhiAllahu anhu berkata, “Rasulullah saw, adalah manusia yang paling dermawan, dan kondisi beliau paling dermawan adalah di Bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari).
Jika beberapa langkah di atas kita terapkan, insya Allah jalan menuju takwa dari puasa yang kita jalani di Ramadhan 1437 H ini akan semakin terbuka dan tentu kita berharap Allah memberikan kemudahan bagi kita mencapai derajat takwa. Aamiin.*