“Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok” (Luqman : 34) PENGERTIAN RIZKI Di dalam...
“Dan tiada
seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya
besok” (Luqman : 34)
PENGERTIAN
RIZKI
Di dalam
Lisanul ‘arab, Ibnu Al Manshur menjelaskan, Ar Rizqu adalah sebuah kata yang
sudah dimegerti maknanya, dan terdiri dari dua macam; Pertama, yang bersifat
dhahir, seperti barang kebutuhan pokok. Kedua, yang bersifat Bathin bagi hati
dan jiwa, berbentuk pengetahuan dan ilmu (Lisanul ‘Arab 10/115).
Mengacu pada
makna diatas maka hakikat rizki tidak hanya berwujud harta atau materi semata
seperti asumsi kebanyakan orang. Tetapi rizki bermakna lebih luas dari itu.
Semua kenikmatan dan mashlahat yang dinikmati seorang hamba terhitung sebagai
rejeki. Hilangnya kepenatan pikiran, selamat dari kecelakaan lalu lintas, atau
bebas dari terjangkit panyakit berat, semua ini merupakan contoh kongkret dari
rizki. Bayangkan bila kejadian tersebut menimpa kita, maka bisa dipastikan akan
menguras harta yang kita miliki. Imam Nawawi telah mengisyaratkan makna
tersebut dalam Syarh Shahih Muslim (16/141).
Porsi rizki
masing-masing manusia sudah diatur dan ditetapkan oleh Alloh, Dzat yang Maha
memberi Rizki. Hal ini disinyalir dalam sebuah hadits yang panjang; “Sesungguhnya
setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya,...... Kemudian diutus
kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan
untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan
kecelakaan atau kebahagiaannya,...”(Riwayat Muslim) Kendati rizki telah ditetapkan
Alloh akan tetapi Alloh tidak menjelaskannya dengan detail. Tidak ada seorang
manusiapun yang mengetahui dengan pasti rizki yang akan ia peroleh setiap
harinya, sebagaimana tersebut dalam ayat di atas.
SPIRIT DARI
AL QUR’AN
Islam
membenci seorang yang menganggur dan bermalas-malasan dalam mengais rizki,
meskipun dengan alasan untuk mengkonsentrasikan diri dalam beribadah kepada
Alloh. Jadi berusaha merupakan suatu keharusan. Tidak ada kependetaan dan
kerahiban dalam Islam. Seorang muslim tidak selayaknya bergantung pada orang
lain, menunggu belas kasihan dari orang lain. Renungkanlah firman Alloh : ”Dialah
Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya
dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya” (Al Mulk:15) Imam Ibnu Katsir
bekata; “Menyebarlah kemanapun kalian inginkan di penjuru-penjurunya, dan
berkelilingkan disudut-sudut, tepian dan wilayahwilayahnya untuk menjalankan
usaha dan perniagaan” (Tafsir Qur’anul Adzim 4/105).
RIZKI HARUS
HALAL
Islam
mengharuskan ummartnya untuk mencari riszki dengan jalan yang halal dan baik.
Rasulullah SAW telah bersabda: “Wahai manusia, bertaqwalah engkau kepada
Allah, pakailah cara yang baik dalam mencari rizki. Sesungguhnya seseorang
tidak akan meninggal sampai ia sudah mendapatkan seluruh (jatah) rizkinya,
meskipun tertunda darinya. Bertaqwalah kepada Allah dan lakukan cara yang baik
dalam mencari rizki”(Riwayat Al Bukhari) Rasulullah SAW juga mengingatkan
ummatnya hendaknya berhati-hati dari fitnah harta. Jangan meremehkan pentingnya
rizki yang halal, dan harus selektif dalam mencari rizki. “Akan datang pada
suatu masa pada ummat manusia, mereka tidak lagi perduli bagaimana cara mereka mendapatkan
harta. Apakah dengan cara yang halal ataukan dengan cara yang haram” (HR.
Al Bukhari)
BERKAH ITU
PENTING !
Berkah atau
barokah berasal dari kata, AlBuruuku yang maknanya adalah Ats-Tsubuutu;
yaitu menetap. Az Zujjaj mengartikan berkah, sebagaimana yang dikutip Imam Al
Quthubi dalam tafsirnya, dengan limpahan pada setiap hal yang mengandung
kebaikan (Jami’ Li Ahkamil Qur’an 13/1) Kata ini dimaksudkan pula kepada makna
pertambahan dengan tetap terpeliharanya dzat aslinya. Namun yang mesti diingat,
pengertian berkah ini tidak selalu identik dengan limpahan materi yang
dimiliki, tetapi juga bisa menyertai harta yang sedikit. Hal itu tercermin pada
diri yang merasa berkecukupan untuk memenuhi kebutuhan, meskipun income yang
didapatkan jauh dari kata cukup. Hakim bin Hizam , meriwayatkan bahwa
Rasulullah SAW bersabda kepadanya: “Wahai Hakim, sesungguhnya harta itu
begitu hijau lagi manis. Barangsiapa yang mengambilnya dengan kesederhanaan
jiwa, niscaya akan diberkahi. Dan barangsiapa yang mengambilnya dengan
keserakahan jiwa, niscaya tidak akan diberkahi, layaknya orang yang makan namun
tidak pernah merasa kenyang” (Riwayat Al Bukhari) Al Hafidz Ibnu Hajar
ketika menjelaskan hadits diatas berkata; “Mayoritas manusia tidak memahami
keberadaan berkah. Kecuali pada harta yang makin bertambah banyak. Maka Nabi J
menjelaskan dengan permisalan tersebut, bahwa berkah merupakan salah satu
makhluk Allah dan membawakan permisalan
dengan sesuatu yang sudah akrab dengan manusia” (Fathul Bari’ 3/337) Dari
sini kita bisa mengetahui, bahwa , tata cara yang halal dalam mencari rizki
tidak hanya mendatangkan rizki yang halallan thayiban, tetapi juga akan
berpengaruh pada insan-insan masa depan, yaitu anak-anak yang berjiwa suci lagi
berkepribadian luhur, lantaran mendapatkan suplai gizi dari makanan yang halal.
Selain itu juga bisa menghadirkan karunia lain, yang tidak bisa terpantau oleh
indera ataupun dihitung dengan materi, yaitu berkah.
AGAR HARTA
MENJADI BERKAH
Pertama;
Syukur. Kenikamatan yang didapatkan seseorang pada setiap saat, tidak terhitung
jumlahnya. Termasuk diantaranya harta benda. Kenikmatan itu menuntut seseorang
untuk memanifestasikan syukur kepada sang Khalik yang telah melimpahkan rizki.
Rasa syukur dan terima kasih serta pujian kepada Alloh, atas nikmat itu,
merupakan salah satu jalan untuk mendapatkan berkah dan tambahan pada harta
yang dimiliki. Ibnul Qoyyim berkata; “ Allah menjadikan sikap bersyukur sebagai salah satu
sebab bertambahnya rizki, pemeliharaan dan penjagaan atas nikmat-Nya. (pada
orang yang bersyukur, demikian ini merupakan) tangga bagi orang yang bersyukur
menuju Dzat yang disyukuri. Bahkan hal itu menempatkannya menjadi hal yang
disyukuri” (Madarijjus salikin 2/252) Syukur tidak hanya cukup dengan ucapan
lisan saja, akan tetapi dengan selalu melakukan perbuatan baik dan amal shalih
dan ibadah merupakan bentuk dari syukur. Allah berfirman: "Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azabKu sangat pedih".
(Ibrahim : 7) Imam Al Qurthubi berkata; “Ayat ini merupakan dalil yang tegas
bahwa bersyukur menjadi faktor yang akan menambah kenikmatan dari Alloh .” (Al
Jami’ Li Ahkamil Qur’an 9/353) Kedua; Shadaqah Sangat banyak ayat dan hadits
yang menjelaskan bahwa shadaqah dan infaq merupakan salah satu penunjang yang
dapat mendatangkan rizki dan meraih berkah. Allah berfirman; “Allah
memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah”(Al Baqarah : 276)
Maksudnya Allah akan meningkatkannya di dunia
ini dengan berkah dan memperbanyak pahalanya dengan melipat gandakannya di
akhirat. (Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an 14/41) Rasulullah SAW bersabda: “Berinfaqlah,
janganlah engkau menahannya, akibatnya Allah memutus (berkah) darimu” (Riwayat
Al Bukhari) Al Hafidz Ibnu Hajar ketika menjelaskan hadits diatas berkata;
“Larangan dari menahan harta yang digunakan untuk bersedekah, karena takut
habis. Sikap ini merupakan faktor yang paling mempengaruhi terhentinya
keberkahan. Karena Alloh membalas pahala infaq tanpa ada batas hitungannya”
(Fathul Bari’ 3/301). As Sindi memaknai hadits diatas dengan mengatakan;
“Janganlah engkau menahan apa yang berada ditanganmu, akibatnya Allah akan
mempersulit pintu-pintu rizki. Dalam hadits ini terkandung pengertian, bahwa
kedermawanan akan membuka pintu rizki, dan kikir adalah sebaliknya.” (Hasyiyah
As Sindi ‘alaa Sunan An Nasaa’i 5/74-75) Al Mubarakfuri berkata; “hadits ini
menunjukan bahwa sedekah meningkatakan harta dan menjadi salah satu penyebab
keberkahan dan pertambahannya, dan (menunjukan pula) kalau orang yang bakhil,
(maka) Alloh akan mempersulit darinya dan menghambat keberkahan pada harta dan
pertambahannya” (Tuhfathul Ahwadi 6/94) Ketiga; Silaturrahim Usaha lain yang
bisa mendukung bertambahnya rizki dan bisa mendatangkan keberkahan pada harta
adalah menyambung silaturrahim. Rasulullah J telah bersabda; “Barangsiapa yang ingin dilapangkan
rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaknya ia menyambung tali
silaturrahim” (Riwayat Al Bukhari) Hadits diatas menunjukan manfaat dari
menyambung silaturrahim, yaitu akan mendapat curahan kebaikan dari Alloh yang
berbentuk rizki, dan terhindar dari keburukan, dan diraihnya keberkahan. Al
Hafidz Ibnu Hajar berkata; Para ‘ulama mengatakan, yang dimaksud dilapangkan
rizkinya adalah adanya keberkahan padanya. Sebab menyambung tali silaturrahim
adalah sedekah, dan sedekah akan mengembangkan harta, sehingga makin bertambah
dan bersih” (Fathul Bari’ 4/303). Wallahu A’lamu Bish Shawwab