Oleh: Chairul Nisaa’ Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Pembaca buletin Hidayah yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa ta’...
Oleh:
Chairul Nisaa’
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh. Pembaca buletin Hidayah yang semoga dirahmati Allah
Subhanahu wa ta’ala, dalam waktu dekat bulan Ramadhan akan kembali menyapa
kita, insyaallah. Ramadhan menjadi bulan yang katanya banyak dirindukan oleh umat Islam. Mengapa katanya? Ya.
Karena rindu bulan Ramadhan seringkali hanya ada dalam kata. Hanya membasahi
lisan tanpa menelusup jiwa dan mendebarkan hati yang mengatakan. Mengapa rindu ini
terasa hambar tanpa debar? Bukankah ini berarti tidak adanya ketulusan?
Baiklah,
mari kita lihat kembali bulan Ramadhan yang telah kita lalui. Sudah berapa
bulan Ramadhan yang berlalu? Pengalaman apa yang sudah menjawab rindu-rindu
itu? Pribadi yang bagaimana yang kita capai setelah bertemu bulan-bulan Ramadhan?
Bulan Ramadhan yang – lagi-lagi- katanya menjadi bulan pembersihan hati, apakah
benar-benar mencerahkan jiwa? Tidak perlu bertanya ke mereka. Mari berdiri di depan
kaca, tanyakan pada seseorang di dalam kaca itu, Bagaimana? Bisakah kamu menjawab ini semua?
Ketika
seseorang di dalam kaca itu mulai ragu, di sinilah kejanggalan rindu itu
terasa. Benarkah rindu Ramadhan? Atau hanya ikut-ikutan lingkungan dan euphoria
kebudayaan? Percayalah Ramadhan bukan hanya bulan kepanikan hura-hura seperti
yang sering dijumpai di masyarakat. Panik belanja persiapan menu buka puasa,
panik mencari tempat buka bersama yang – katanya- untuk ajang bertemu sehingga memanjangkan
usia tapi – mirisnya- mengapa malah melalaikan kita dari Dia? Maghrib yang
sangat bersahabat dengan Isya’, Tarawih yang berat karena perut penuh menolak
untuk ruku’ dan sujud, makanan banyak tersisa karena ekspektasi saat
mempersiapkan tidak sejalan seirama dengan kemampuan melahapnya.
Bagaimana
bulan yang suci membuat diri dekat dengan murka-Nya? Ingatlah, ketika bulan
Ramadhan memang syaitan dibelenggu tetapi bukankah itu hanya berlaku bagi syaitan
dari jenis jin saja?(1) Bukankah pada bulan Ramadhan syaitan dari
jenis manusia berlabel ‘nafsu’ mulai diuji ketangguhan pengendaliannya?
Mari
duduk sejenak. Coba kita lihat, di mana letak kurang tepatnya. Di mana letak
tidak sesuainya. Hmmm, sepertinya ini
berkaitan dengan kalimat pertama tadi. Karena rindu hanya ‘katanya’ saja. Hanya
membasahi lisan tanpa mengetuk hati. Mengapa? Jika rindu itu tidak mendebarkan,
bisa jadi karena tidak ada rasa sayang. Tidak ada rasa sayang? Bukankah ada
pepatah ‘tak kenal maka tak sayang?’ Ah ya. Benar sekali. Jika kita tak
mengenal, maka sayang hanya menjadi angan-angan dan rindu hanya menjadi angin
lalu. Semilir tetapi tak mampu menenangkan jiwa dalam jangka waktu yang lama.
Apakah
ada penyangkalan? Tidak. Aku sudah
mengenal Ramadhan. Semacam kalimat ini? Ya. Tidak perlu memelototkan mata ketika
mengatakannya. Biarlah diri dan Dia yang tahu. Karena tidak ada untungnya
sesumbar kepada orang lain. Bersibuk-sibuk menjelaskan, berbuih-buih melakukan
pembelaan. Biarlah ini menjadi percikan untuk membangunkan kesadaran dari tidur
yang panjang agar Ramadhan tidak lewat begitu saja.
Ramadhan
adalah bulan yang begitu layak dirindukan. Bersamanya begitu banyak kemudahan
mendekatkan diri, hati, dan jiwa kepada Dia Yang Maha Memberi kemudahan.
Bukankah pada bulan ini segala kebaikan dilipatgandakan balasannya?(2)
Bukankah di bulan ini waktu mustajabnya doa bertambah dua? Ya. Waktu menjelang
berbuka dan sahur menjadi istimewa karena mustajabnya doa.(3) Selain
kemudahan diberikan juga keringanan. Bukankah jika kita tarawih bersama imam
dan witir bersama imam balasannya sama dengan tahajud semalam suntuk?(4)
Bukankah bulan Ramadhan terdapat kebaikan malam seribu bulan yang tidak ditemui
di waktu yang lain?(5)
Ramadhan
yang demikian, membuat hati ini tergetar dan jantung ini berdegup lebih kencang
ketika mengingatnya akan tiba dalam hitungan hari ke depan. Menjadikan rindu
itu menelusup dengan getaran. Menjadikan rindu tak hanya menjadi angan semu
karena mengenalnya dengan segala tawaran nikmat yang dia bawa. Rindu yang
sedemikian rupa menggebu tentu tidak akan membuat diri berpangku tangan
membiarkannya datang dan pergi tanpa bercengkrama.
Bagi
orang yang beriman, kehadiran Ramadhan adalah keberkahan dengan banyak tawaran
menggiurkan. Ramadhan yang identik dengan puasa menjanjikan
keutamaan-keutamaannya. Namun bagi orang yang tidak beriman, mungkin ini akan
menjadi sebuah ancaman. Bagi yang sedang rapuh imannya, berpuasa dalam waktu
kurang lebih 12 jam selama 30 hari berturut-turut menjadi bahan keluhan dan
alasan bermalas-malasan. Ia terlupa akan janji Allah dalam Quran Surat Ath
Thalaq ayat 4.
Artinya: “Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan
baginya kemudahan dalam urusannya.”
Allah
telah menjanjikan kemudahan bagi orang yang bertaqwa. Allah Yang Maha Adil tak
akan mendzalimi hamba-Nya. Segala perintah-Nya mendatangkan kebaikan bagi
makhluk-Nya. Allah Yang Maha pencipta tentu Maha mengetahui apa yang terbaik
bagi ciptaan-Nya.
Sebagaimana
sabda Rasulullah ﷺ, puasa merupakan
perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari api neraka. Pahala orang
berpuasa yang tak terhingga. Satu-satunya amal ibadah yang kelak Allah balas
secara langsung adalah puasa. (2)
Puasa
juga akan memberikan syafaat bagi orang yang menjalankannya. Rasulullah ﷺ
bersabda, “Puasa dan Al-Qur’an itu akan
memberikan syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat nanti. Puasa akan
berkata,’Wahai Tuhanku, saya telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat,
karenanya perkenankan aku untuk memberikan syafaat kepadanya’. Dan Al-Qur’an
pula berkata,’Saya telah melarangnya dari tidur pada malam hari, karenanya
perkenankan aku untuk memberi syafaat kepadanya.’ Beliau bersabda, ‘Maka
syafaat keduanya diperkenankan.’” (HR. Ahmad, Hakim, Thabrani, periwayatnya
shahih sebagaimana dikatakan oleh Al Haytsami dalam Mujma’ul Zawaid).
Tidak
hanya itu, orang yang berpuasa juga akan mendapatkan pengampunan dosa. Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah ﷺ
bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa di
bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa
lalu pasti diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dan bagi orang yang
berpuasa, pintu surga bernama Ar Royyaan kelak akan menanti agar mereka yang
berpuasa masuk surge melaluinya.
Masyaallah,
mengenal dan merindukan Ramadhan semoga menjadikan kita lebih kuat dan tangguh
menjalankan kebaikan pada bulan tersebut. Semoga keimanan semakin tebal setelah
dipertemukannya kembali dengan Ramadhan. Semoga kebiasaan dalam kebaikan pada
bulan Ramadhan terbawa pada bulan-bulan setelahnya, insyaallah.
Catatan kaki:
(1) Apabila Ramadhan tiba, pintu surga
dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Jika masuk bulan
Ramadhan, pintu-pintu rahmat dibukan, pintu-pintu Jahannam ditutup dan
setan-setan pun diikat dengan rantai.” (HR. Bukhari dan Muslim)
(2) “Setiap amalan kebaikan
yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang
semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),
“Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang
akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan
karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu
kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya.
Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau
minyak kasturi.” (HR. Bukhari dan Muslim )
(3) “Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya
orang yang berpuasa ketika berbuka, doanya pemimpin yang adil dan doanya orang
yang terzhalimi” (HR.
Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dishahihkan Al Albani di Shahih At Tirmidzi)
“Ketika
waktu sahur (akhir-akhir malam), mereka berdoa memohon ampunan” (QS. Adz
Dzariyat: 18)
“Rabb
kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada setiap
malamnya. Kemudian berfirman: ‘Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku kabulkan,
orang yang meminta sesuatu kepada-Ku akan Kuberikan, orang yang meminta ampunan
dari-Ku akan Kuampuni‘” (HR. Bukhari dan Muslim)
(4) “Diriwayatkan dari Abu
Dzar r.a., ia berkata, ‘Rasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa bangun malam
bersama imam hingga ia beralih (dari tempatnya), dicatat untuknya pahala
qiyamul lail semalam penuh’” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
(5) “Malam Lailatul Qadar
lebih baik dari 1000 bulan” (QS. Al Qadr: 3)
“Diriwayatkan juga dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW
bersabda tentang Lailatul Qadar, ‘Ia ada pada malam keduapuluh tujuh atau
keduapuluh Sembilan. Jumlah malaikat di bumi pada malam itu lebih banyak dari
jumlah kerikil’” (HR. Imam Ahmad)
sumber hadis: Firdaus Sunnah 3531 Hadits Pilihan (Aidh
Abdullah Al-Qarni, Al Lu’lu wal Marjan (Muhammad Fuad Abdul Baqi),
muslim.or.id, rumaysho.com